Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Indonesia Juga Berisiko Hadapi Resesi Seks Seperti China


Jakarta, CNN Indonesia

--

Resesi seks tengah jadi perbincangan. Gara-garanya, semakin menurunnya angka kelahirandi sejumlah negara seperti Jepangdan China.

Resesi seks mulai disebut-sebut sejak 2021. Penurunan angka kelahiran hingga jumlah populasi manusia di beberapa negara yang terus berkurang menjadi cikal bakal munculnya istilah resesi seks.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Mungkinkah Indonesia mengalami resesi seks?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, bahwa meski tak ada penurunan jumlah kelahiran dan populasi penduduk yang signifikan, resesi seks mungkin saja terjadi di Indonesia.

Alasannya, adalah tren gaya hidup masyarakat di zaman kiwari. Perubahan gaya hidup masyarakat membuat kemungkinan resesi seks tak bisa terhindarkan.

"Bisa, sangat bisa terjadi. Terutama trennya sekarang usia menikah anak muda itu executive meningkat, maksudnya mulai jarang yang memilih menikah muda di usia reproduksi," kata Hasto, saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (23/8).

Hasto memaparkan, jika merujuk data dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) pada 2019, jumlah penduduk Indonesia mencapai 266,91 juta jiwa. Jumlah itu kemudian meningkat pada 2020 menjadi 270,20 juta jiwa.

"Angkanya kembali naik menjadi 272,68 juta jiwa pada pertengahan 2021," kata Hasto. Kemudian angka itu meningkat lagi di 2022 tepatnya pertengahan tahun ini menjadi 275,77 juta jiwa.

Meski demikian, kenaikan jumlah penduduk ini juga dibarengi dengan angka perceraian yang semakin tinggi.

Sejak 2015, angka perceraian terus meningkat. Tercatat, pada tahun itu sebanyak 350 ribu pasangan memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Lalu, pada 2018 perceraian kembali meningkat menjadi 450 ribu.

"Kemudian pada 2021 angkanya nambah lagi jadi 580. Dengan tingginya orang bercerai, potensi resesi seks ini bisa terjadi," kata dia.

Ilustrasi disfungsi seksual wanita.

Ilustrasi. Indonesia berpotensi juga mengahadapi resesi seks. (Istockphoto/ KatarzynaBialasiewicz)

Berikut ini beberapa alasan Indonesia bisa menyusul China dan Jepang mengalami resesi seks, meski tanpa adanya penurunan jumlah kelahiran dan populasi penduduk.

1. Banyak anak muda memilih melajang

Pernikahan memang menjadi hal yang sakral. Namun, saat ini banyak anak muda yang memilih hidup melajang dan sendirian.

Jikapun ada yang mau menikah, rata-rata pernikahan dilakukan di atas 30 tahun hingga sulit mendapat keturunan.

"Ya,kira-kira usia 30-an baru pada nikah. Kan, susah hamil," kata Hasto.

2. Gaya hidup dan pola pikir

Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap well-organized reproduksi baik pria maupun wanita. Gaya hidup anak muda saat ini cenderung tidak teratur, misal merokok, begadang, hingga konsumsi makanan tidak sehat.

"Bukan hanya itu, pola pikir mereka juga cenderung idealis. Berpikir lebih baik tidak punya anak dan hidup sebagai lajang seumur hidup atau tidak punya anak meskipun sudah menikah," kata Hasto.

3. Perceraian

Angka perceraian di Indonesia terus mengalami peningkatan. Ini berakibat pada jumlah kelahiran yang juga bisa menurun.

4. Masalah mental

Orang dengan gangguan kejiwaan dan masalah testy terus meningkat. Emosi yang tidak stabil ini menyulitkan seseorang memiliki pasangan, bahkan punya anak.

"Saya menyebutnya anak muda yang 'error', mental emotional disorder. Ini sangat berpengaruh juga terhadap resesi seks yang mungkin bisa terjadi di Indonesia," katanya.

(tst/asr)

[Gambas:Video CNN]


Source: news.google.com